BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang Masalah
Filsafat dan
ilmu merupakan dua kata yang memiliki keterkaitan diantaranya. Karena adanya
ilmu tidak terlepas dari peranan filsafat. Dan perkembangan ilmu juga
memperkuat peranan filsafat. Peran filsafat sangat penting dalam proses
pelaksanaannya. Karenanya filsafat sebagai acuan dan tujuan dalam melaksanakan
sesuatu. Filsafat memiliki fungsi memberikan petunjuk dan arah dalam
perkembangan keilmuan. Sehingga dalam berfilsafat, seseorang harus mampu untuk
berfikir secara mendasar, menyeluruh, dan spekulatif.
Ketika
seseorang merasa ingin tahu dan ragu-ragu akan suatu hal, maka ia akan
berfilsafat. Karena dari rasa ingin tahu akan membuat seseorang mengerti, dan
dari rasa ragu-ragu akan menuntun seseorang mencari sebuah kepastian. Kelahiran
filsafat di Yunani menunjukkan pola pemikiran bangsa Yunani dari pandangan
mitologi yang akhirnya lenyap dan berganti rasiolah yang lebih mendominasi.
Zaman Yunani kuno merupakan zaman keemasan filsafat. Oleh karenanya, pada masa
itu, orang-orang berhak mengungkapkan ide-idenya. Di era Yunani kuno didominasi
oleh peranan akal/rasio.
Dengan
filsafat, pola pikir seseorang bergantung pada rasio. Sehingga orang-orang pada
era itu memiliki pemikiran yang berbeda-beda dalam berfilsafat. Pada makalah
ini, penulis akan membahas tokoh filosuf Athena yang banyak berpengaruh dalam
sejarah filsafat Yunani Kuno. Dia adalah Socrates dan Plato.
B.
Rumusan masalah
Adapun rumusan-rumusan masalah dalam materi
Rasionalisme-mistis Socrates dan Idealisme Plato diantaranya
sebagai berikut:
1.
Siapakah Socrates dan Plato dalam dunia filsafat?
2.
Bagaimanakah pemikiran-pemikiran Socrates dan Plato
serta karya-karyanya?
3.
Jelaskan pengertian Rasioalisme-mistis dan Idealisme?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Rasionalisme-mistis Socrates
Secara
etimologis rasionalisme berasal dari kata bahasa Inggris rationalism.
Kata ini berakar dari kata dalam bahasa latin ratio yang berarti “akal”.
Menurut A.R. lacey berdasarkan akar katanya rasionalisme adalah : sebuah
pandangan yang berpegangan bahwa akal merupakan sumber bagi pengetahuan dan
pembenaran. Rasionalisme adalah merupakan faham atau aliran atau ajaran yang
berdasarkan ratio, ide-ide yang masuk akal. Selain itu tidak ada sumber
kebenaran hakiki.
Sementara
itu menurut istilah, rasionalisme adalah paham filsafat yang menyatakan
bahwa akal (reason) adalah alat terpenting dalam mencari, memperoleh, dan
mengetes pengetahuan. Pengetahuan dicari dengan akal, temuannya diukur dengan
akal juga.
Dicari dengan akal ialah dicari dengan berpikir logis. Diukur
dengan akal maksudnya diuji, apakah temuan itu logis atau tidak. Bila logis
benar, bila tidak logis salah. Akal itulah aturan untuk mengatur manusia dan
alam. Ini juga berarti bahwa kebenaran itu berasal dari akal (rasio).
1.
Riwayat Hidup Socrates
Socrates adalah seorang filusuf dengan coraknya sendiri, filosofnya
tidak pernah dituliskannya melainkan dilakukan dengan perlakuan dengan cara
hidup, praktik dalam kehidupan. Menurut Socrates, filosofi itu bukan isi tapi hasil, bukan ajaran dengan
dogma melainkan fungsi hidup. Socrates lahir di Athena (Yunani) pada tahun 470 SM dan meninggal pada tahun 399 SM.
Socrates adalah seorang anak dari seorang ayah yang berprofesi
sebagai pemahat patung (stonemason), ayahnya bernama Sophronicos dan
ibunya bernama Phairnarete, yang pekerjaanya seorang bidan. Istrinya bernama
Xantipe. Pernikahannya dengan Xantipe dikaruniai tiga orang anak yaitu
Lamprocres, Menexnus, dan Sophronicus. Xantipe adalah seorang
perempuan warga kota Athena yang dikenal sebagai orang yang galak, judes,
cerewet dan keras. Socrates menikahinya dengan tujuan untuk melatih disiplin
diri, melatih kesabaran, dan mengendalikan karakter buruknya. Menurut
orang-orang disekitarnya Socrates menikahi “nenek sihir”.
Sebuah
anekdot terkenal tentang kemarahan Xantipe, bahwa ketika ia begitu marah kepada
suaminya, kemudian ia melemparkan satu ember air cucian pada Socrates.
Menanggapi hal tersebut, Socrates
menjawab: “ setelah petir datang hujan”. Socrates juga mengatakan “menikah atau
tidak menikah, dalam hal apapun anda akan menyesal”.
Socrates
berasal dari keluarga berada dengan
mendapatkan pendidikan yang baik, kemudian menjadi prajurit Athena. Ia terkenal
sebagai prajurit yang gagah berani. Karena ia tidak suka dengan politik, maka
ia lebih senang memusatkan perhatiannya kepada filsafat, yang akhirnya ia dalam
keadaan miskin. Secara fisik Socrates berbeda dengan orang Yunani pada umumnya.
Postur tubuhnya lebih pendek, sedikit gemuk, mulutnya lebar,berpakaian
sederhana, tanpa alas kaki, dan berkeliling mendatangi masyarakat Athena
berdiskusi tentang filsafat. Tetapi dibalik kekurangannya Socrates memiliki
perilaku terpuji dalam kehidupan sehari-hari. Sehinga ia dikenal dan dikagumi
oleh berbagai kalangan masyarakat di Athena. Sejak muda telah terlihat sifat
kebijaksanaanya, karena selain ia cerdas juga pada setiap perilakunya dituntun
oleh suara batin (diamond) yang selalu membisikkan dan menuntun ke arah
keutamaan moral.
2.
Pemikiran-Pemikiran Socrates
Peran Socrates dalam mendobrak pengetahuan semu itu meniru
pekerjaan ibunya sebagai seorang bidan dalam upaya menolong kelahiran bayi,
akan tetapi ia berperan sebagai bidan pengetahuan. Teknik dalam upaya menolong kelahiran (bayi) pengetahuan
itu disebut maieutike (kebidanan)
yaitu dengan cara mengamati hal-hal yang konkret dan yang beragam coraknya
tetapi pada jenis yang sama. Kemudian unsur-unsur yang berbeda dihilangkan
sehingga tinggallah unsur yang sama bersifat umum itulah pengetahuan yang
sejati.
Pengetahuan
sejati atau pengertian sejati sangat penting dalam mencapai keutamaan moral.
Barang siapa yang mempunyai pengertian sejati berarti memilik kebijakan (arete)
atau keutamaan moral berarti pula memiliki kesempurnaan manusia sebagai
manusia. Socrates dengan pemikiran filsafatnya untuk menyelidiki manusia secara
keseluruhan, yaitu dengan menghargai nilai-nilai jasmaniah atau rohaniah yang
keduanya tidak dapat dipisahkan karena dengan keterkaitan kedua hal tersebut
banyak nilai yang dihasilkan.
Socrates
hidup di tengah dominasi kaum sofis atau orang bijak yang berilmu, akan tetapi
walaupun berwawasan luas mengenai ilmu pengetahuan pada zamannya mereka tidak
meyakini dan juga menafikanadanya kebenaran-kebenaran pasti. Pemikir yang
paling mashur dan menyangah gagasan-gagasan kaum sofis adalah Socrates. Pada
saat itu pemuda-pemuda di Athena dipimpin oleh doktrin relatifisme oleh kaum
sofis, sedangkan Socrates adalah seorang yang menganut moral yang absolut dan
meyakini bahwa menegakan moral adalah tugas filosof, yang berfikir berdasarkan
idea-idea rasional dan keahlian dalam pengetahuannya. Seperti halnya kaum sofis
Socrates mengarahkan perhatiannya kepada manusia sebagai objek pemikiran
filsafatnya.
Berbeda
dengan kaum sofis, yang setiap mengajarkan pengetahuannya selalu memungut
bayaran Socrates tidak memungut bayaran kepada murid-muridnya. Cara memberikan
pelajaran kepada para muridnya dengan dialog(tanya-jawab) yang bertujuan
mengupas kebenaran semu yang selalu menyelimuti para muridnya. Kebenaran semu tersebut
muncul karena ketidaktauhuan para muridnya tentang hal-hal tertentu. Dengan
cara dialog pengetahuan semu akan terdobrak, sehingga mampu keluar dan
melahirkan pengetahuan yang sejati.
Hal
yang unik dari Socrates ialah selalu bertanya pada murid-muridnya, dia juga
bertanya kepada banyak orang termasuk bertanya pada kaum sofis,pelukis, tukang,
prajurit, ahli perang sampai politisi. Pertanyaan tersebut awalnya mudah dan
sederhana, setiap jawaban disusul dengan pertanyaan baru yang lebih mendalam,
sampai kepada seseorang yang menganggap tahu tadi dihadapkan kepada tanggunng
jawab kebenaran.
Dia
mengaku sebagai seseorang yang tidak tahu apa-apa, suatu sikap yang dikenal
dengan ironi Sokrates. Socrates melakukan ini pada awalnya di dasari motif
religius untuk membenarkan suara gaib yang didengar oleh kawannya dari Oracele
Delphi yang mengatakan bahwa tidak ada orang yang lebih bijak dari Socrates.
Merasa diri tidak bijak, dia berkeliling untuk membuktikan kekeliruan suara
tersebut, dia datangi orang satu demi satu yang dianggap bijak oleh masyarakat
pada saat itu dan diajak diskusi tentang berbagai masalah kebijaksanaan. metode
berfilsafatnya inilah yang disebut sebagai metode kebidanan. Dia memakai
analogi bidan yang membantu kelahiran bayi dengan caranya berfilsafat yang
membantu lahirnya pengetahuan melalui diskusi panjang dan mendalam, dia selalu
mengejar definisi absolut tentang suatu masalah kepada orang-orang yang
dianggap bijak tersebut,meskipun kerap kali orang yang diberi pertanyaan gagal
memahami definisi tersebut.
Hakikat
dari seni Socrates adalah terletak dalam fakta bahwa dia tidak ingin menggurui
orang.Sebaliknya dia memberi kesan sebagai seseorang yang selalu ingin belajar
dari orang-orang lain yang diajaknya berbicara.Jadi bukannya memberi kuliah
seperti layaknya seorang guru tradisional, tetapi dia mengajak
berdiskusi.Socrates menganggap tugasnya seperti membantu orang-orang melahirkan
wawasan yang benar sebab pemahaman yang sejati harus timbul dari dalam diri
sendiri.Itu tidak dapat ditanamkan oleh orang lain.Dan hanya pemahaman yang
timbul dari dalam itulah yang dapat menuntun kepada wawasan yang benar.
Pada
akhirnya Socrates membenarkan suara gaib tersebut berdasar satu pengertian
bahwa dirinya adalah yang paling bijak karena dirinya tahu bahwa dia tidak
bijaksana, sedangkan mereka yang merasa bijaksana pada dasarnya adalah tidak
bijaksana karena mereka tidak tahu kalau mereka tidak bijaksana.
Selain
itu sikap Socrates tersebut adalah reaksi terhadap ajaran sofisme yang
merajalela di waktu itu. Para guru sofisme mengajarkan bahwa kebenaran yang
sebenar-benarnya tidak tercapai, oleh sebab itu tiap-tiap pendirian dapat
dibenarkan dengan retorika. Dengan cara itu dicoba untuk mendapatkan
persetujuan orang banyak, apabila banyak yang setuju, hal itu dianggap sudah
benar, dengan cara itu maka pengetahuan menjadi dangkal. Akhirnya Socrates
mampu mengunci dialog dengan kaum sofis.Cara berfilsafatnya inilah yang
memunculkan rasa sakit hati terhadap Socrates, karena setelah penyelidikan itu
maka akan tampak bahwa mereka yang dianggap bijak oleh masyarakat ternyata
tidak mengetahui apa yang sesungguhnya mereka ketahui. Rasa sakit hati inilah
yang nantinya akan berujung pada kematian socrates melalui peradilan, maka
kemudian oleh kaum sofis Socrates diajukan ke pengadilan rakyat dengan dua
macam tuduhan yang pertama ia dituduh memiliki ajaran baru perusak moral para
pemuda, tuduhan keduadia dituduh meniadakan dewa-dewa yang diakui
oleh negara.
Socrates lebih
berminat pada masalah manusia dan tempatnya dalam masyarakat, dan bukan pada
kekuatan-kekuatan yang ada dibalik alam raya ini (para dewa-dewi mitologi
Yunani). Seperti diungkapkan oleh Cicero kemudian, Socrates "menurunkan
filsafat dari langit”, mengantarkannya ke kota-kota, memperkenalkannya ke rumah-rumah".
Karena itu dia didakwa "memperkenalkan dewa-dewi baru.
Kemudian ia ditangkap dan diadili dengan 500 juri dengan hasil
voting 280 mendukung hukuman mati, 220 menolaknya. Dengan suara terbanyak
akhirnya Socrates dihukum mati dengan di racun pada usia
70 tahun yaitu pada tahun 399 SM.
Socrates tidak gentar sedikitpun berkata dengan tenang, Socrates siap menjalani
hukumannya demi mempertahankan kebenaranyang diyakininya. Socrates sebenarnya
dapat lari dari penjara, sebagaimana ditulis dalan krito yaitu diasingkan ke
negara lain dengan bantuan para sahabatnya namun ia menolaknya atas dasar
kepatuhan terhadap satu kontrak hukum di kota Athena. Pembelaan Socrates atas
tuduhan tersebut ditulis oleh Plato dalam karangannya yang berjudul Apologia.
3. Socrates
Dalam Mencari Kebenaran
Berkaitan
dengan metode berpikir Socrates, Mohammad Hatta (1986) mengemukakan secara
panjang lebar bahwa Socrates tidak pernah menuliskan filosofinya. Jika ditilik
benar-benar, ia bahkan tidak mengajarkan filosofi, melainkan hidup berfilosofi.
Bagi dia, filosofi bukan isi, bukan hasil, bukam ajaran yang bersandarkan dogma
melainkan fungsi yang hidup. Filosofinya mencari kebenaran. Karena ia mecari
kebenaran, ia tidak mengajarkan. Ia bukan ahli pengetahuan, melainkan seorang
pemikir.
Karena
Socrates tidak menuliskan filosofinya, sulit sekali mengetahui dengan sahih
semua ajarannya. Ajarannya itu hanya dikenal dari catatan-catatan
murid-muridnya, teruama Xenepon dan Plato. Catatan Xenepon kurang kebenarannya,
karena ia sendiri bukan seorag filosof. Untuk mengetahui ajaran Socrates, orang
banyak bersandar kepada Plato. Akan tetapi, kesukarannya ialah bahwa Plato
dalam penulisanya banyak menuangkan pendapatnya sendiri ke dalam mulut
Socrates. Dalam uaraian-uraiannya yang kebanyakan berbetuk dialog hampir selalu
Socrates yang dikemukakannya. Ia berpikir, tetapi keluar seolah-olah Socrates
yang berkata. Tujuan filosofi Socrates
ialah mencari kebenaran yang berlaku untuk selama-lamanya. Disini, berlainan
pendapatnya dengan guru-guru sofis yang mengajarkan bahwa semuanya relatif dan
subjektif dan harus dihadapi dega pendirian yang skeptis. Socrates berpendapat
bahwa kebenaran itu tetap dan harus dicari.
B.
Plato dan Idealisme
1.
Riwayat Hidup Plato
Ia belajar
filsafat pada Socrates, Phytagoras, Heracleitos, dan Elia, akan tetapi ajaran
yang paling besar pengaruhnya adalah dari nama Ariston dan ibunya bernama
Periktion.Sebagai orang yang dilahirkan dalam lingkungan bangsawan ia
mendapatkan pendidikan yang baik dari seorang bangsawan, bernama Pyrilames. Ia
berasal dari keluarga aristokrasi yang turun temurun memegang politik penting
dalam politik Athena,ia bercita-cita sejak mudanya menjadi negarawan, namun
politik dimasanya tidak memberi kesempatan padanya untuk mengikuti jalan hidup
yang diinginkannya.
Karya tulisnya
yang banyak sehingga cukupdiperoleh keterangan tentang dirinya.Karena Sejakumur
20 tahuniamulaimengikutiajaran Socrates yang baginyasemakinharisemakinmendalam,
ajaranitulah yang memberinyabanyakpengaruhdalampemikirannya. Dalam karyanya Apologia
Plato memberikan pembelaan Socrates di pengadilan, ia
memberikan komentarnya bahwa Socrates adalah orang yang paling baik, paling
bijaksana,paling jujur dan merupakan manusia yang paling adil dari seluruh
zamannya.
Socrates
digambarkannya sebagai juru Bahasa isi hati rakyat Athena yang tertindas karena
kekuasaan yang terusberganti, kekuasaan demokrasi yang meluap menjadi anarki
dan sewenang-wenang, yang akhirnya membawa Athena lenyapdibawah kekuasaan
asing.
Plato adalah
salah seorang filsuf yang dikenal di Yunani setelah Socrates dania juga
merupakan seorang matematikawan, ia mencatat keberadaan dari salah satu legenda
abadi di dunia, yaitu benua atlantis yang hilang.Pada
usia 40 tahun ia mengunjungi Italia dan Sicilia, untuk belajar ajaran
Phytagoras, kemudian sekembalinya ia mendirikan sekolah Akademia. Sekolah
tersebut dinamakan Akademia karena berdekatan dengan kuil Akademos seorang
pahlawan Athena. Ia memimpin sekolah tersebut selama 40 tahun. Ia memberi pengajaran secara baik dalam bidang ilmu pengetahuan
dan filsafat. Terutama bagi orang-orang yang ingin menjadi politikus.
Dalam titik
tolak pemikiran filsafatnya, ia menyelesaikan permasalahan lama, mana yang
benar danmana yang berubah-ubah (Heracleitos)dan atau yang tetap (Parameindes).
Mana yang benar antara pengetahuan yang lewat indra dengan pengetahuan yang
lewat akal. Pengetahuan yang diperoleh lewat indra disebutnya pengetahuan indra
atau pengalaman, sedangkan pengetahuan yang diperoleh melalui akal disebut
pengetahuan akal. Pengetahuan indra atau pengetahuan pengalaman bersifat tidak
tetap atau berubah-ubah, sedangkan pengetahuan akal bersifat tetap dan tidak
berubah-ubah.Sebagai contoh begitu banyak bentuk segitiga yang bentuknya
berlainan menurut pengetahuan indra atau pengetahuan pengalaman,tetapidalam ide
atau pikiran bentuk segitiga tersebut hanya satu dan tetap ini menurut
pengetahuan akal.
2.
Karya-karya Plato
Karya-karya Plato diantaranya yakni:
a.
Otentisitas
Daftar ini
menyebutkan 36 karya Plato (surat-surat dihitung sebagai satu karya) yang
terbagi atas 9 “Tetralogis” (grup yang meliputi empat karya ). Kebanyakan ahli
sepakat mengatakan bahwa dari 36 karya itu ada 6 dialog yang tidak dapat
dianggap otentik, yaitu : alkibiades II, hipparkhos, erastai,
theages,klitophon,minos. Dan ada 6 karya lain lagi yang otensitasnya
dipersoalkan : alkhiades I, ion, menexenos, hippias maior, epinomis,
surat-surat.
Surat-surat ini
merupakan dokumen utama yang masih dimiliki. Sekarang ini kebanyakan sejarawan
menerima surat VI, VII, dan VIII sebagai otentik. Otentisitas surat I secara umum ditolak dan surat XII
sangat diragukan. Namun, semua itu merupakan dokumen- dokumen utama yang kita miliki
mengenai riwayat hidup Plato.
b. Kronologi
Apabila kita
berhasil menentukan suatu urutan kronologis bagi karangan-karangan Plato,
mungkin terbuka jalan untuk menyelidiki apakah terdapat suatu perkembangan
dalam pemikiran Plato, sebab jika urusan kronologi itu tidak dapat dipastikan,
penyelidikan mengenai perkembangan dalam pemikiran Plato tidak mempunyai dasar
yang teguh dan tidak dapat melebihi taraf dugaan saja. Dengan menyelidiki
secara terperinci gaya bahasa yang digunakan dalam dialog-dialog
Plato, para sarjana menentukan bahwa sekelompok dialog (Sophistes,
Politikos, Philebos, timaios, Kritias,Nomoi) telah dikarang dalam periode
lain daripada dialog-dialog lain.Keenam dialog tersebut
disimpulkan, ditulis Plato dalam periode terakhir hidupnya.
3.
Sifat Khusus Filsafat Plato
a. Bersifat Sokratik
Pertemuan Plato
dengan Socrates gurunya merupakan peristiwa yang menentukan, bahkan merubah
hidup Plato. Menurutnya Socrates adalah seorang yang paling baik, paling
bijaksana, paling jujur, dan manusia paling adil dari seluruh manusia
sezamannya. Dalam karya-karya Plato, Socrates diberi tempat yang sentral,dan
memerankan peranan yang dominan. Hermann diels mengatakan bahwa Plato
seakan-akan bersumpah untuk membuat nama Socrates menjadi “immortal”.
Berdasarkan hal ini, filsafat Plato menjadi bersifat sokratik.
b. Filsafat
Sebagai Dialog
Semua karya
yang ditulis Plato merupakan dialog-dialog, kecuali surat-surat dan apologia.
Ia merupakan filsuf pertama dalam sejarah filsafat yang memilih dialog sebagai
bentuk sastra untuk mengekspresikan pikiran-pikirannya.
4.
Ajaran-ajaran Plato
Salah satu ajaran Plato yakni Dunia Idea dan Pengalaman. Sebagai
penyelesaian persoalan yang dihadapi, Plato menerangkan bahwa manusia itu
sesungguhnya berada dalam dua dunia, yaitu dunia pengalaman yang bersifat tidak
tetap, bermacam-macamdan berubah, serta dunia idea yang bersifat tetap, hanya
satu macam tidak berubah. Dunia pengalaman merupakan bayang-bayang dari dunia
idea, sedangkan dunia idea merupakan dunia yang sesungguhnya, yaitu realitas.
Dunia inilah yang menjadi model dunia pengalaman. Dengan demikian dunia yang
sesungguhnya atau realitas adalah dunia idea.
Jadi Plato
dengan ajarannya tentang idea berhasil menjembatani pertentangan antara
Heracleitos dan parmenides. Plato mengemukakan bahwa ajaran dan pemikiran
Herakleitos itu benar, tetapi hanya berlaku pada dunia pengalaman. Sebaliknya
pendapat Parmeindes juga benar tetapi hanya berlaku pada dunia idea yang hanya
dapat dipikirkan oleh akal.Dibandingkan dengan gurunya Socrates, Plato telah
maju selangkah dalam pemikirannya. Socrates baru sampai pada pemikiran tentang
sesuatu yang umum dan merupakan hakikat suatu realitas, tetapi Plato telah
mengembangkannya daengan pemikiran bahwa hakikat suatu realitas itu bukan yang umum tetapi
yang mempunyai kenyataan yang terpisah dari sesuatu yang berbeda secara konkret
yaitu ide. Dunia ide inilah yang hanya dapat difikirkan dan diketahui oleh
akal.
5. Sejarah
Aliran Idealisme
Secara historis, idealisme diformulasikan dengan jelas pada abad IV
sebelum masehi oleh Plato (427-347 SM). Athena, selama Plato hidup, adalah kota
yang berada dalam kondisi transisi (peralihan). Peperangan bangsa Persia telah
mendorong Athena memasuki era baru. Seiring dengan adanya peperangan-peperangan
tersebut, perdagangan dan perniagaan tumbuh subur dan orang-orang asing tinggal
diberbagai penginapan Athena dalam jumlah besar untuk meraih keuntungan mendapatkan
kekayaan yang melimpah.
Dengan adanya hal itu, muncul berbagai gagasan-gagasan baru ke dalam
lini budaya bangsa Athena. Gagasan-gagasan baru tersebut dapat mengarahkan
warga Athena untuk mengkritisi pengetahuan & nilai-nilai tradisional. Saat
itu pula muncul kelompok baru dari kalangan pengajar (para Shopis). Ajarannya
memfokuskan pada individualisme, karena mereka berupaya menyiapkan warga untuk
menghadapi peluang baru terbentuknya masyarakat niaga. Penekanannya terletak
pada individualisme, hal itu disebabkan karena adanya pergeseran dari budaya
komunal masa lalu menuju relativisme dalam bidang kepercayaan dan nilai.
Aliran filsafat Plato dapat dilihat sebagai suatu reaksi terhadap
kondisi perubahan terus-menerus yang telah meruntuhkan budaya Athena lama. Ia
merumuskan kebenaran sebagai sesuatu yang sempurna dan abadi (eternal). Dan
sudah terbukti, bahwa dunia eksistensi keseharian senantiasa mengalami
perubahan. Dengan demikian, kebenaran tidak bisa ditemukan dalam dunia materi
yang tidak sempurna dan berubah. Plato percaya bahwa disana terdapat kebenaran
yang universal dan dapat disetujui oleh semua orang. Contohnya dapat ditemukan
pada matematika, bahwa 5 + 7 = 12 adalah selalu benar (merupakan kebenaran
apriori), contoh tersebut sekarang benar, dan bahkan di waktu yang akan datang
pasti akan tetap benar.
Menurut Plato, kebaikan merupakan hakikat tertinggi dalam
mencari kebenaran. Tugas ide adalah memimpin budi manusia dalam menjadi
contoh bagi pengalaman. Siapa saja yang telah mengetahui ide, manusia akan
mengetahui jalan yang pasti, sehingga dapat menggunakannya sebagai alat untuk
mengukur, mengklarifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami
sehari-hari.
Hal yang penting juga untuk diketahui dari Filsafat
Plato adalah pemikiran dia tentang negara. Menurutnya bahwa dalam tiap-tiap
negara segala golongan dan segala orang-orang adalah alat semata-mata untuk
kesejahteraan semuanya. Kesejahteraan semuanya itulah yang akan menjadi tujuan
yang sebenarnya. Dan itu pulalah yang menentukan nilai pembagian pekerjaan.
Dalam negara yang ideal itu golongan pengusaha menghasilkan, tetapi tidak
memerintah. Golongan penjaga memperlindungi, tetapi tidak memerintah. Golongan
cerdik pandai diberi makan dan dilindungi, dan mereka memerintah.
Ketiga macam budi yang dimiliki oleh masing-masing
golongan, yaitu bijaksana, berani dan menguasai diri dapat menyelenggarakan
dengan kerjasama budi keempat bagi masyarakat, yaitu keadilan.
Oleh karena negara ideal bergantung kepada
budipenduduknya, pendidikan menjadi urusan yang terpenting bagi negara. Menurut
Plato, pendidikan anak-anak dari umur 10 tahun ke atas menjadi urusan negara,
supaya mereka terlepas dari pengaruh orang tuanya. Dasar yang terutama bagi
pendidikan anak-anak ialah gymnastic (senam) dan musik. Tetapi gymnastic
didahulukan. Gymnastic menyehatkan badan dan pikiran. Pendidikan
harus menghasilkan manusia yang berani, yang diperlukan bagi calon penjaga. Di
samping itu diberikan pelajaran membaca, menulis dan berhitung seberapa
perlunya. Dari umur 14 tahun sampai 16 tahun kepada anak-anak diajarkan musik
dan puisi serta mengarang bersajak. Musik menanam dalam jiwa manusia perasaan
yang halus, budi yang halus. Karena musik jiwa kenal akan harmoni dan irama.
Kedua-duanya adalah landasan yang baik untuk menghidupkan rasa keadilan. Tetapi
dalam pendidikan musik harus dijauhkan dari lagu-lagu yang melemahkan jiwa
serta yang mudah menimbulkan nafsu buruk. Begitu juga tentang puisi. Puisi yang
merusak moral disingkirkan. Pendidikan musik dan gymnastic harus sama
dan seimbang.
Dari umur 16 sampai 18 tahun anak-anak yang
menjelang dewasa diberi pelajaran matematik untuk mendidik jalan pikirannya. Di
samping itu diajarkan pula kepada mereka dasar-dasar agama dan adab sopan,
supaya di kalangan mereka merasa tertanam rasa persatuan. Plato mengatakan bahwa
suatu bangsa tidak akan kuat, kalau ia tidak percaya pada Tuhan. Seni yang
memurnikan jiwa dan perasaan tertuju kepada Yang Baik dan Yang Indah,
diutamakan mengajarkannya. Pendidikana ini tidak saja menyempurnakan pandangan
agama, tetapi juga mendidik dalam jiwa pemuda kesediaan berkurban dan
keberanian menentang maut. Dari umur 18 sampai 20 tahun, pemuda mendapat
didikan militer.
Pada umur 20 tahun diadakan seleksi pertama.
Murid-murid yang maju dalam ujian itu mendapat didikan ilmiah yang mendalam
dalam bentuk yang lebih teratur. Pendidikan otak, jiwa dan badan sama beratnya.
Setelah menerima pendidikan ini 10 tahun lamanya datanglah seleksi yang kedua,
yang syaratnya lebih berat dan caranya lebih teliti dari seleksi pertama.
Menurutnya penduduk negara dapat dibagi menjadi tiga
golongan yaitu golongan teratas, tengah dan terbawah. Golongan yang teratas
adalah golongan yang memerintah, terdiri dari beberapa filosof. Mereka
bertujuan membuat undang-undang dan mengawasi pelaksanaannya dan mereka
memegang kekuatan tertinggi. Golongan ini harus memiliki budi kebijaksanaan.
Sebelum para filosof menjadi pengusaha, negeri-negeri sulit untuk menghindar
dari kejahatan-kejahatan. Golongan menengah adalah para pengawal dan abdi
negara. Tugas mereka adalah mempertahankan negara dari serangan musuh dan
menegakkan berlakunya undang-undang supaya dipatuhi semua rakyat. Dan golongan
ketiga adalah golongan terbawah atau rakyat pada umumnya. Mereka adalah
kelompok yang produktif dan harus pandai membawa diri.
Pendapat Plato seterusnya tentang etik bersendi pada
ajarannya tentang idea. Dualisme Dunia dalam tori pengetahuan diteruskannya
kedalam praktik hidup. Oleh karena itu, kemaua seseorang bergantung pada
pendapatnya, nilai kemauanya itu ditentukan pula oleh pendapat itu. Dari
pengetahuan sebenarnya yang dicapai dengan dialektik, timbu budi yang lebih
tinggi daripada yang dibawakan oleh pengetahuan dari pandangan. Jadi, menurut
Plato ada dua macam budi. Pertama, budi filosofi yang timbul dari pengetahuan
dengan pengertian. Kedua, budi biasa yang terbawa oleh kebiasaan orang banyak.
Sikap hidup yang dipakai tidak terbit dari keyakinan, melainkan disesuaikan
kepada moral orang banyak dalam hidup sehari-hari.
Tujuan budi filosofi terletak di dalam dunia yang
tidak kelihatan. Tujuan budi biasa ialah barang-barang keperluan hidup di dunia
ini. Oleh karena itu, tujuannya berlainan, daerah berlakunya berlainan pula.
Dengan begitu, Plato mengatasi pertentangan antara ajaran Socrates dan ajaran
kaum Sofis. Akan tetapi, ada hubungan antara keduanya. Hubungan itu timbul
karena kerinduan jiwa untuk kembali pulang ke dunia yang asal. Semua yang
kelihatan menyerupai yang tidak kelihatan. Jiwa yang murni sangat rindu kepada
dunia yang asal, dimana ia dapat memandang semaunya dalam kesuciannya dan
kesempurnaannya. Hal ini menjadi dasar yang normatif bagi etik dan agama.
Budi ialah tahu. Siapa yang tahu akan
yang baik, tidak dapat lagi menyimpang dari itu. Siapa yang cinta akan idea,
menuju kepada yang baik. Siapa yang hidup dalam dunia idea, tidak dapat berbuat
jahat. Jadi, jalan untuk mecapai budi baik ialah menanam keinsafan untuk
memiliki idea dengan pikiran.
Tanda dunia idea ialah tidak
berubah-rubah, pasti dan tetap dan merupakan bentuk yang asal. Itulah yang
memberdakannya dari dunia yang nyata, yang senantiasa berubah. Dalam perubahan
itu dapat ditimbulkan bentuk-bentuk tiruan dari bagunan yang asal, dari dunia
idea. Oleh sebab itu, ada dua jalan yang dapat ditempuh untuk melaksanakan
dasar etik. Pertama, melarikan diri dalam pikiran dari dunia yang lahir dan
hidup semata-mata dalam dunia idea. Kedua, mengusahakan berlakunya idea itu
dalam dunia yang lahir ini. Dengan perkataan lain: melaksanaka ”hadirya” idea
dalam dunia ini. Tindakan yang pertama merupakan suatu perbuatan yang ideal. Tindakan
yang kedua kelihatan lebih real. Kedua jalan itu ditempuh oleh Plato dan
pelaksanaan etiknya didasarkannya pada memiliki idea sebesar-besarnya dengan
menjauhi dunia yang nyata. Hidup diatur sedemikia rupa, sehingga timbul cinta
dan rindu kepada idea.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Socrates adalah seorang filosof dengan coraknya sendiri,filosofi
nya tak pernah di tuliskannya, melainkandilakukan dengan perbuatan, dengan cara
hidup, praktik dalam kehidupan. karena menurut socrates, filosofi itu bukan isi
tapi hasil, bukan ajaran dengan dogma melainkan fungsi hidup. Socrates lahir di
Athena (Yunani) pada tahun 470 SM dan meninggal pada tahun 399 SM.
Peran Socrates dalam mendobrak pengetahuan semu itu meniru
pekerjaan ibunya sebagai seorang bidan dalam upaya menolong kelahiran bayi,
akan tetapi ia berperan sebagai bidan pengetahuan. Teknik dalam upaya menolong kelahiran (bayi) pengetahuan
itu disebut maieutike (kebidanan) yaitu dengan cara mengamati hal-hal yang konkret dan
yang beragam coraknya tetapi pada jenis yang sama. Kemudian unsur-unsur yang
berbeda dihilangkan sehingga tinggallah unsur yang sama bersifat umum itulah
pengetahuan yang sejati.
Plato mempunyai hubungan
erat dengan sifat sokratik yang telah diuraikan sebelumnya. Ia menyatakan bahwa
tidak ada satra yang lebih cocok untuk menghormati Socrates daripada
dialog.Plato berkeyakinan bahwa filsafat menurut intinya tidak lain daripada
suatu dialog.
B. Saran
Demikianlah yang dapat kami uraikan
mengenai aliran filsafat ilmu dengan sub pokok pembahasan Idealisme, Mistis
dan Rasionalisme. Kami menyarankan kepada teman-teman yang ingin
mengetahui lebih dalam lagi tentang hal tersebut di atas untuk dapat mencari
referensi melalui berbagai media yang tersedia.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdul Hakim
Atang, Ahmad Saebani Beni. Filsafat Umum Dari Metodologi Sampai Teofilosofi,
Bandung: Pustaka Setia, 2016.
Achmadi,Asmor.
Filsafat Umum, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2014.
Ihsan, A. Fuad. Filsafat Ilmu. Jakarta:
Rineka Cipta, 2010.
Knight, George R. Filsafat Pendidikan, (Terjemahan Dr. Mahmud
Arif, M.Ag), Yogyakarta: Gama Media, 2007.
Mangunhardjana, A.Isme-isme Dalam Etika
dari A-Z, Yogyakarta: Kanisius, 1997.
Mauludi,Sahrul.Socrates, Jakarta: PT. Alex Media Komputindo, 2016.
Surajiyo. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar.
Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005.
Tafsir, Ahmad. Filsafat Umum.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000.
Mengembangkan pemikiran scorates
Mengembangkan hanya yang ideal saja
Etika, mempunyai tujuan hidup yang lebih
baik
Plato : mempunyai bahsa dan berfikir,
elemen jiwa, elemen rohani